Sunday 30 August 2009

Laskar Pelangi Tetralogy by Andrea Hirata

rating: *****
I do not own these books as they are part of 'books-swapping' agreement with my best friend

Bestseller Laskar Pelangi sudah tak asing lagi. Namun menjadi tak lengkap tanpa membaca 3 novel lainnya dari Tetralogy Laskar Pelangi: Laskar Pelangi, Sang Pemimpi, Edensor dan Mimpi-mimpi Lintang: Maryamah Karpov. Benang merah romantik dengan A Ling: kisah pertemuan, perkenalan, pencarian dan pertemuan menjadi perangkai Tetralogy. Pemaparan autobiography dan kritik sosial yg disampaikan kreatif dan khas Andrea Hirata menjadi nafas Tetralogy. Khas dan cerdas.. it's too special to compare with others.

Tetralogy diawali dg masa kecil Andrea Hirata (Ikal). Semangat dan kerja keras Bu Muslimah memberikan kesempatan 10 anak desa dari keluarga miskin utk mereguk pendidikan diceritakan begitu inspiring. Bu Muslimah ini juga disebut Hirata dalam sebuah acara interview di tv sbg inspirasi dia di samping Lintang untuk berhasil dalam kehidupan, khususnya mengenyam pendidikan tinggi. Kegagalan Lintang sang sahabat, the best, the smartest, menamatkan SD ketika sang ayah meninggal karena harus menjadi tulang punggung keluarga telah memicu Hirata menulis Tetralogy ini. Kekuatan hubungan ayah-anak juga cukup mengurai airmata ketika Hirata menggambarkan kerja keras serta support ayahnya sbg seorang buruh perusahaan tambang timah yg ingin anak-anaknya (serta seorang sepupu Ikal, Arai) lebih maju dan lebih baik dalam kehidupan dibanding dirinya. Khas seorang ayah pekerja keras dan sangat bertanggung jawab terhadap keluarganya dilukiskan Hirata dg santun namun tetap segar.. seperti sang ayah yg tampak kaku, tangguh serta tak begitu pandai menunjukkan kehangatan manis pada anggota keluarga.. namun sebenarnya cintanya pada keluarganya sulit dilukiskan kata-kata.

Kisah romantika terbaur elegan. Tak hanya ketertarikan awal dg A Ling yang dikisahkan di di sini namun juga pertemuan serta.. perpisahan. Perpisahan.. karena ekonomi tentu saja, memaksa A Ling harus ikut Paman-Bibinya di Jakarta. Perpisahan.. yang meninggalkan Ikal sendiri dengan.. kado cantik.. diantaranya Buku 'Edensor' sebuah village yg indah di Inggris.

Tentu saja Laskar Pelangi telah membuatku larut dalam kisah hidup Ikal dan tak berdaya utk mengintip kisah hidup Ikal selanjutnya.. masa remajanya di Sang Pemimpi membuatku tersenyum geli dan tertawa nyaris di setiap lembar nya di bagian awal.. khas kenakalan anak remaja. Keharuan sang ayah melepas Arai dan Ikal ke Jakarta untuk bertarung hidup serta kisah transportasi kapal laut yg tdk layak menambah keharuan ditampilkan di sini. Perjuangan hidup keduanya bertahan hidup di Jakarta serta bisa melanjutkan sekolah hingga S1 menuai inspirasi yg tak pernah putus. Hingga akhirnya keduanya lulus Sarjana. Ikal dan Arai juga berhasil meraih beasiswa untuk study S2 di Universite de Paris, Sorbonne, France and Sheffield Halam University, UK. Tentu lengkap dg penggambaran kebanggaan ayah Ikal atas keberhasilan Ikal dan Arai.. begitu mengharukan. Meski sekilas tampak isi buku ketiga: Edensor mudah ditebak.. kisah hidup nya sbg seorang mahasiswa di France. Ternyata tak demikian. Hirata mengisi kehidupan mahasiswa asing di France dg sesuatu yg besar: menjelajahi Eropa sbg bacpacker dg segala tantangannya dg modal dana dari sebuah upaya creative arts manusia patung berbentuk ikan duyung.. lengkap dg taruhan khas gaul mahasiswa.. dan tentu saja bumbu romance pencarian A Ling.. he came to Edensor.. finding A Ling's spirit.. He feels her there.

Masa-masa lulusan S2 yg kembali ke kampung halaman dipaparkan di buku terakhir Mimpi-mimpi Lintang: Maryamah Karpov. Membaca buku terakhir ini memberiku pemikiran ttg kisah romance yg juga dikemas menarik.. perjuangan menemukan kembali cinta sejatinya:
A Ling. Sad ending kah? Happy ending kah?

No comments: