Saturday 9 January 2010

Sastra Pranikah (Sinopsis)

Judul Buku: Sastra Pranikah

Penulis: Nyi Vinon

Penerbit: Daun Buku

Tebal: 400 halaman

Sinopsis (ditulis oleh Nyi Vinon untuk Dian Latifah)

Agak susah untuk menentukan buku Nyi Vinon: Sastra Pranikah masuk dalam kategori apa. Otobiografi? Ya, kalau dilihat dari siapa penulisnya dan tentang siapa cerita pengalaman pribadi di dalamnya. Novel? Catatan peristiwa yang berloncatan (bukan dalam arti kilas balik) malah membuat buku ini mirip kumpulan esei. Memoar? Deskripsi kejadiannya tidak bersusun terkait dengan waktu dan peristiwa. Buku ini juga bukan merupakan buku pelajaran, meski konon sempat menjadi bahan kuliah di Fakultas Antropologi Sosial suatu perguruan tinggi negeri di Bandung. Kiranya, bolehlah dikutip sebuah komentar yang mewakili buku ini:

"sebuah manuskrip yang sangat pribadi: semua peristiwa dilihat dari satu arah. karenanya, jangan harap membaca buku ini seperti membaca novel -meski gaya bertuturnya mengalir lancar- dan jangan pula mengharap ini sebagai naskah akademik -meski dikerjakan dengan riset terhadap dokumen yang pelik...

dengan memilih narasi personal begini maka risalah historis dari masa lalu jadi lebih hidup, begitu nyata pengaruhnya pada tokoh-tokoh yang berperan di dalamnya..."

Komentar tersebut datang dari Mahatmanto, pengajar senior di Teknik Arsitektur Universitas Kristen Duta Wacana Yogyakarta, ternyata adalah teman kuliah Magister Arsitektur ITB penulis, yang namanya juga disebutkan dalam buku ini. Banyak juga komentar dari orang yang tak dikenal penulis, yang notabene murni hanya membaca buku ini tanpa mengenal langsung sosok penulisnya.

Komentar-komentar para pembaca lainnya juga bisa ditemukan di www.facebook.com/Nyi Vinon | Sastra Pranikah dengan menjadi fans terlebih dahulu. Baru sekitar 1,5 bulan dibangun, fans buku ini mencapai angka sekitar 350 (pada Januari 2010 telah menjaring 720 fans). Bukan jumlah yang banyak untuk suatu kumpulan penggemar, namun merupakan jumlah yang “lumayan” untuk suatu buku apabila dibandingkan dengan fans-fans buku berbahasa Indonesia lainnya dari nama-nama penulis yang bukunya sudah lama terbit dan sudah “mapan”. Mungkin juga karena sebenarnya buku ini sudah beredar sejak tahun 2002 sebagai buku yang difotokopi untuk kalangan terdekat penulis, yang kemudian ternyata difotokopi lagi oleh orang lainnya, begitu seterusnya. Ini bisa kita lihat dari komentar di dinding fans yang ternyata sebagian adalah pembaca buku ini versi fotokopian. Lainnya lagi adalah para pembaca buku ini versi cetakan yang diterbitkan 7 tahun kemudian yaitu tahun 2009 sekarang ini.

Seiring dengan latar belakang penulis, ranah pendidikan arsitektur cukup banyak tercermin dalam isi buku ini, baik dalam cerita maupun dalam pandangan pemikiran. Tentu pembaca dari domain yang sama akan dengan mudah menemukan konteks cerita dalam buku ini. Mengingat buku ini dahulu ditulis untuk “kalangan sendiri”, beberapa hal yang mungkin bisa lepas dari pemahaman pembaca kurang dicermati penulis. Sebagaimana umumnya, untuk menjangkau “kalangan yang lebih luas”, mungkin sentuhan tangan editor akan bisa berperan. Tapi sulit juga membayangkan kerja editor menangani buku yang “tidak biasa” ini. Tidak biasa, karena gaya bahasa yang sebenarnya lugas dan biasa dirangkai sedemikian rupa oleh penulis dalam cerita yang biasa, namun perpaduannya menghasilkan sensasi yang ganjil. Dibilang “mbalelo”, kenyataanya buku ini berusaha terlihat tampil resmi sesuai aturan standar. “Lurus” namun salah, “datar” namun penuh warna, “sederhana” namun kaya. Terkejut adalah reaksi yang sering ditemui dalam membaca buku ini, bahkan sering memaksa pembaca untuk berhenti sejenak dan terpaksa berpikir (menurut Theoresia Rumtee, penyiar radio yang penggemar berat buku ini). Bagi yang tidak suka berpikir, tidak usah segan membaca buku yang sangat menghibur ini. Segala macam hal dibahas di buku ini, dari yang “remeh temeh” maupun “ingar-bingar”, sampai yang “asal-muasal”, misalnya tentang pernikahan selebritas Onky Alexander, artis yang ngetop di film Catatan Si Boy. Waduh, “zadul” ya? Jangan lupa, buku ini ditulis awal tahun 2002, ketika usia penulis di ujung 20-an, di mana hal-hal yang dianggap “menarik” oleh penulis pada saat itu, berbeda dengan masa kini, meski esensinya tetap sama. Penggalan sejarah “pinggiran”, atau sejarah yang kurang dilirik umum, bisa kita temui dalam cerita masa kecilnya di lingkungan Pabrik Gula di daerah pesisir pantura Cirebon. Pembaca juga akan menemukan bahwa penulis mampu menelusuri kembali silsilah 18 generasi di atasnya, sesuai quote yang dia tampilkan pada sampul bukunya: “trah yang lebih unggul adalah trah yang baik dalam dokumentasi, mereka memenangkan sejarah”. Agaknya hal itu juga yang merupakan alasan penulis menulis buku ini, untuk mempersiapkan generasi berikutnya agar “tercatat” dalam sejarah. Untuk para sepupu mudanya, penulis mengajak mereka berpikir lebih luas, mengingat lebih banyak, mencinta lebih baik, bertindak lebih berani, lebih dari umurnya. Untuk para pembaca berumur, buku ini menyajikan masalah dengan sudut pandang “kekanak-kanakan” yang tidak rumit, tapi mungkin justru jitu. Untuk yang tidak suka baca, buku ini menjadi sebab dan pemicu untuk menjadi suka baca. Untuk yang tidak pernah baca buku, mungkin buku ini menjadi buku pertama yang dibacanya (seperti testimoni seorang pembaca dari Palembang).

Buku Nyi Vinon yang menurut pembacanya (Hadi Kuncoro, seorang eksekutif muda yang juga teman SMP penulis)most valuable book to read” telah menembus toko buku besar Gramedia di kawasan Jadebotabek. Awalnya buku ini mengandalkan penjualan lewat internet (www.facebook.com/Nyi Vinon | Sastra Pranikah atau nyi.vinon@gmail.com) dan telah hadir di beberapa kota berdasarkan hubungan pertemanan, belum diterbitkan melalui distributor buku utama; diterbitkan secara "indie" oleh Penerbit Daun Buku (Telp/sms 022-70211112).

No comments: